Magelang – Senin (21/2/22) seluruh aparatur Pengadilan Agama Magelang mengikuti kegiatan penyuluhan budaya anti korupsi yang dirangkaikan dengan apel rutin pagi. Penyuluhan di laksanakan di halaman utama Pengadilan Agama Magelang.
Penyuluhan disampaikan sendiri oleh Wakil ketua PA Magelang Sapuan, S.H.I., M.H. yang telah tersertifikasi sebagai Penyuluh Anti Korupsi jenjang Pratama berdasarkan hasil asesmen KPK dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
Sebelum menyampaikan penyuluhannya, Waka PA Magelang menyampaikan keuntungan mengikuti penyuluhan dan menjadi penyuluh anti korupsi baik bagi pribadi maupun bagi instansi dalam rangka mendukung pembangunan Zona Integritas.
Hal ini dikarenakan Penyuluh Anti Korupsi bersama-sama seluruh aparatur pengadilan mampu menjaga integritas dan akan selalu berusaha menjaga diri dalam rel-rel kebenaran serta memiliki jiwa anti korupsi.
“Setidaknya terdapat dua hal penting yang wajib dimiliki oleh seorang aparatur pengadilan yaitu Integritas dan Kapabilitas. Kedua hal ini idealnya dapat berjalan secara bersamaan sehingga dapat menciptakan pribadidan satuan kerja yang berintegritas dan berbudaya anti korupsi. Integritas tanpa kapabilitas menjadi sia-sia karena tidak akan mampu menjawab tantangan perkembangan zaman yang ada. Sedangkan kapabilitas tanpa integritas akan merugikan negara di mana banyak contoh orang yang pintar, cerdas namun tertangkap tangan oleh KPK,” pesan pria kelahiran Blora tersebut.
Berkaitan dengan Integritas beliau juga memberi contoh bahwa sebagai bapak pendiri bangsa ini Bung Hatta selalu menjaga integritasnya sekalipun beliau merupakan Wakil Presiden Republik Indonesia pertama saat itu.
“Bung Hatta seorang Wakil Presiden semasa hidupnya hidup dalam kesederhanaan demi menjaga integritasnya. Terdapat dua kisah menarik terkait jiwa integritas beliau, yaitu kisah tentang sepatu bally dan mesin jahit. Bung Hatta sangat ingin membeli sepatu bermerek Bally yang sangat popular di Indonesia saat itu. Namun harga sepatu Bally terbilang mahal sedangkan Hatta tidak memiliki cukup uang saat itu. Bung Hatta kemudian bermaksud menabung hingga uangnya cukup. Namun hingga akhir hayatnya tabungan Hatta tidak pernah cukup untuk membeli sepatu Bally,” imbuhnya.
Lalu dilanjutkan dengan kisah tentang mesin jahit yang sangat diinginkan oleh Istri sang Wapres, Rahmi Hatta. Istri Bung Hatta menghemat pengeluaran keluarga agar bisa membeli mesin jahit. Setelah uangnya terkumpul dan hampir mencukupi untuk membeli mesin jahit, tiba-tiba Pemerintah RI menerapkan kebijakan sanering atau pemotongan nilai uang. Uang yang sebelumnya telah cukup untuk membeli mesin jahit tersebut tiba-tiba menjadi tidak ada nilainya. Bisa saja Hatta memberitahu istrinya terkait kebijakannya tersebut namun beliau tetap menjaga apa yang menjadi rahasia Negara sekalipun kepada istrinya.
Pada penutup penyuluhan Waka PA Magelang berharap dengan adanya inspirasi kisah-kisah bapak bangsa tersebut diharapkan aparatur Pengadilan Agama Magelang khususnya dapat menjaga integritas dan memupuk kapabilitas (profesionalisme) dalam menjalankan amanah.
Kontributor : Firda Fachrin Nisa
Editor : Sapuan
Comments are closed.